
JALAN JALAN KE IKN
JALAN JALAN KE IKN (bagian 1)
mBang Win
Tiga Minggu sebelum jalan-jalan ke IKN, aku sudah memperoleh informasi dari Amin, mantan murid SKMA Samarinda angkatan pertama, yang intinya memberitahu akan diselenggarakan reuni terbatas, angkatan 1 – 6 SKMA Samarinda yang direncanakan pada akhir bulan Agustus 2024. Tentu saja undangan tersebut aku sambut dengan gembira. Memang kalau urusan reuni aku selalu semangat untuk datang, apakah reuni ANTIME (reuni angkatan masuk 1974 IPB), reuni SMA Angkatan 1971 Kendal dan reuni SKMA Samarinda. Kata orang Jawa reuni itu “Ngrabuk Nyowo”.
Pagi itu, satu minggu sebelum acara reuni, Smart Phone yang aku miliki memperdengarkan suara khusus. Ada dua kemungkinan : pertama dari orang tidak dikenal, jika itu aku akan biarkan sampai suaranya lelah dan berhenti dengan sendirinya. Kemungkinan kedua dari orang yang aku kenal yang namanya sudah simpan dalam data base HP. Aku lihat di layar HP, terlihat nama Amin.
“Assalammualaikum Wr.”
“Waalaikumsalam”
“Apakah Pak Win bisa datang saat acara reuni terbatas? Acara direncanakan tanggal 1 September 2024.”
“Insya Allah, semoga diberi kesehatan. Acaranya apa saja?”
“Hanya jalan-jalan lihat IKN.”
“Yoi…”
“Apakah Ibu bisa datang juga?”
“Nampaknya tidak bisa, Ibu sudah mengalami kesulitan jika harus berjalan agak jauh.”
“Baik Pak, tolong dikirimkan copi KTP dan foto terbaru Bapak.”
Satu hari berikutnya aku memperoleh kiriman video pendek, mereka sangat bangga dan berterima kasih atas pengabdiaku sebagai guru SKMA. Aku terharu melihat video tersebut, mereka masih mengingatku.
Tiga hari sebelum acara, aku sudah memperoleh dua e-tiket Jakarta-Balikpapan dan Balikpapan-Jakarta dengan pesawat yang sama Pelita Air. Entah sejak kapan pesawat ini bisa bangun kembali setelah tidur lelap cukup lama. Mungkin lebih dari 10 tahun pesawat tersebut hilang dari peredaran.
Teknologi berkembang demikian cepatnya. Beli apa pun cukup menggunakan Smart Phone. Beli tiket pesawat hanya perlu hitungan menit, yang diperlukan hanya NIK. Luar biasa. Untuk urusan perjalanan Bogor – Cengkareng pergi – pulang , aku serahkan sepenuhnya kepada putriku. Hanya dalam hitungan menit setelah kedua tiketnya aku share via Smart Phone ke putriku, sudah memperoleh kepastian antar jemput ke Bandara Soekarno-Hatta.
Persiapan pun dimulai. Pesan oleh-oleh khas Bogor berupa roti unyil di depan Keraton dan pakaian yang harus aku bawa. Untuk pakain, hanya pakaian santai saja yang aku bawa, berupa celana jean dan kaos serta jacket. Aku hanya akan membawa satu rangsel dan satu tas untuk roti unyil. Aku memang pernah memperoleh pelajaran dari teman satu angkatan dari SMA yang sukses jadi serdadu.
“Win, usia seperti kita, kalau bepergian maksimal hanya membawa dua bawaan. Lebih dari itu nanti akan mengalami kerepotan atau malahan barangnya hilang diperjalanan karena lupa.”
Aku perhatikan tiket keberangkatan, Sabtu, 31 Agustus 2024, jam 13.10 di terminal 3 domistik Soekarno – Hatta. Aku diberitahu oleh putriku bahwa berangkat dari rumah jam 09.00. Nama driver, Andre berikut nomor HP nya dikirimkan ke HP ku.
Pagi itu, seperti biasa jam 06.30 sarapan pagi sudah tersedia di meja makan. Kali ini menunya berupa kentang goreng, satu butir telur rebus, sayur, kerupuk dan buah-buahan serta kopi pahit panas. Untuk bepergian aku selalu memakai celana jean, kaos dan dilapis dengan jacket coklat, jacket favoritku. Ransel yang berisi pakain dan satu tas kosong untuk roti unyil sudah berada di teras.
Andre datang tepat waktu dengan mengendarai minibus warna putih berhenti di depan rumah. Sebelum menuju bandara, mejeng dulu di depan mobil, mengambil roti unyil yang sudah aku pesan sebelumnya. Mobil meluncur dengan kecepatan pada kisaran 80 – 100 km per jam. Cukup nyaman, tidak ada goncangan yang berarti. Sepanjang jalan ngobrol dengan drivernya.
Lebih dari satu tahun aku tidak bepergian via jalan tol. Bangunan pencakar langit masih bertumbuh di kiri-kanan menuju Bandara Soetta. Memang lahan Jakarta terkenal akan kesuburannya untuk bangunan pencakar langit. Apakah IKN mampu menggantikan kesuburan lahan Jakarta? Mungkin ya…, mungkin juga tidak. Namun, paling tidak bangunan pemerintahan beserta infrastrukturnya akan bermunculan dalam waktu lima tahun ke depan.
Sekitar 1 jam 10 menit, kendaraan sampai di terminal 3 Bandara Soetta. Mas Andre segera menurunkan barang yang aku bawa. Sebelum kembali ke Bogor aku bertanya kepadanya untuk menyakinkan penjeputan saat pulang.
“Apakah Mas Andre sudah tahu kapan menjemput saya?”
“Sudah Pak, Senin 2 September sekitar jam 13.40.”
Dengan ransel di punggung dan tangan kanan menenteng tas yang berisi oleh-oleh aku menuju meja keberangkatan pesawat Pelita Air. Informasi keberadaan meja keberangkatan cukup jelas yang memudahkan kakiku melangkah mengikuti penunjuk arah. Aku tunjukkan hasil cetakan tiket.
“Mohon KTP nya Pak.”
Petugas melihat KTP dan mengetikan NIK yang ada di KTP. Saya baru pengetahui pentingnya nomor KTP. Memang NIK itu unik, hanya ada satu nomor identitas pemegang KTP.
“Bapak, apakah kedua barang ini tidak dibawa saja? Ringan dan bisa masuk ke kabin.”
“Biar saja, mereka pengin kumpul bersama teman-temannya, masukkan saja Mas ke bagasi.”
Masuk ruang keberangkat pemeriksaan cukup ketat. SOP nya mengharuskan barang yang dibawa termasuk HP, jacket, topi dan ikat pinggan harus melewati lorong x-ray. KTP pun harus selalu diperlihatkan.
Aku lihat kembali boading pass yang diberikan. Pesawat berada di Gate 19 dengan tempat duduk nomor 8D. Dapat diduga ruang tunggu G-19 jaraknya lumayan jauh, mungkin lebih dari ½ km. Letaknya mendekati ujung bangunan. Kiri kanan jalan penuh dengan berbagai kios yang menawarkan berbagai barang, apakah makanan, pakaian, parfum atau yang lainnya. Harganya tentu jauh lebih mahal dan tidak cocok untuk lansia yang sudah pensiun. Isi kantongnya sudah tidak setebal seperti saat menjabat.
Berjalan santai tanpa membawa beban, hanya air mineral dan HP yang menemaniku. Ruang tunggu sudah berisi beberapa orang. Aku memilih tempat duduk yang di depannya terdapat televisi. Kebetulan acaranya olahraga, acara yang paling aku sukai, sesekali kirim berita dan foto ke teman-teman. Menunggu rasanya tidak membosankan
Tepat jam 12.40, terdengar suara dari petugas Pelita Air.
“Para penumpang Pelita Air dipersilahkan naik ke pesawat terbang.”
Secara serentak tanpa komando para penumpang yang sedang duduk, berdiri dan berebut menuju tempat petugas. Aku lihat kembali nomor tempat duduk, nomor 8D. Antrian lumayan panjang dengan prioritaskan nomor duduk dibagian belakang. Masih cukup panjang antriannya, aku tetap duduk menikmati acara olahraga yang sedang dipertotonkan di TV. Paling akhir aku lapor. Berjalan perlahan menuju pesawat melalui GARBARATA, jembatan berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat.
Saat memasuki pesawat, pramugari menatapku agak lama , mungkin heran karena aku hanya membawa air miniral saja. Aku lihat, para penumpang berebut menempatkan barang bawaannya di kabin pesawat. Setelah menemukan tempat duduk 8D, mengencangkan sabuk pengaman, memberitahu istri dan teman-teman kalau sudah berada di dalam pesawat dan tidak ketinggalan pamer beberapa foto hasil mejeng selama perjalanan. Untuk menghemat energi, aku coba memejamkan mata.
Sekitar satu jam dalam perjalanan, pramugari membagikan sepotong roti dan sebotol kecil air mineral. Sangat praktis. Mungkin karena pesawat kelas ekonomi dengan harga promo lagi. Bagi penumpang sepertiku tidak mempersoalkan menu siang yang disediakan, yang penting sampai dengan selamat. Mendekati Balikpapan, dari atas terlihat lahan sudah botak – botak, apakah diambil batubaranya atau untuk keperluan lainnya. Memang Balikpapan dan sekitarnya sedang mempercantik diri dalam menyambut kedatangan IKN yang lokasinya berada tidak jauh darinya. Rimbunnya hutan sudah tidak kelihatan lagi. Kesuburan lahan untuk berbagai tanaman telah berubah menjadi kesuburan untuk beton.
Mendarat dengan mulus di Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan yang telah berganti nama dari nama sebelumnya Bandara Sepinggan. Beberapa kali pramugari salah dalam mengejanya.
Menunggu bagasi lumayan lama. Ada yang unik saat menunggu bagasi. Satu bagasi berupa koper ada tulisannya “ bagasi hampir sama bentuknya, jika bagasinya tertukar silahkan lapor kepada petugas.” Bagasi tersebut berputar terus sampai semua bagasi habis di ambil pemiliknya.
Akhirnya bagasi itu pun datang, aku ambil dan aku naikkan ke trolley bandara. Saat aku dorong kok nggak bisa jalan?
“Pak pegangannya di tekan.” Kata ibu disebelahku.
Aku malu juga, dorong trolley saja nggak bisa.
Dua mantan murid SKMA, Ramli dan Supiyanto sudah menunggu. Supiyanto mengambil alih trolley dan Ramli menunjukkan arah keluar tempat menunggu jika kendaraan datang. Sebelum pintu keluar sebuah tarian tradisonal Dayak menyambut kedatangan tamu. Cukup menarik. Kesempatan bagus untuk berfoto bersama dengan penarinya. Sayang saat itu hanya penari laki-laki saja yang tampil.
“Bapak nanti menginap di Asrama Haji. Asramanya cukup bagus dengan harga miring.” Kata Ramli.
“Dimana saja, yang penting bersih.”
“Teman – teman sudah datang?”
“Sudah Pak.”
Para mantan murid : Suryadi, Didik, Asli, Indera, Irwansyah, Haerudin, Amin dan Fitriyadi sudah menunggu di asrama. Bertemu sejenak, bersalaman dan melanjutkan perjalanan menuju asrama Bir Ali yang letaknya bersebelahan dengan asrama mereka. Mandi, ganti baju, istirahat sejenak untuk menyonsong acara malam nanti.
Orang awan mengenalnya sebagai Asrama Haji Balikpapan. Sejatinya namanya cukup panjang “Unit Pelaksana Tehnis Asrama Haji Embarkasi Balikpapan” dibawah naungan BAZNAS. Terletak di Jalan Mulawarman Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Masyarakat umum dapat menginap di asrama haji selama tidak digunakan untuk keperluan jemaah haji. Cukup banyak asrama yang disediakan dengan nama-nama yang berhubungan dengan ibadah haji seperti : asrama Raudah, asrama Mekkah, asrama Medinah, asrama Jeddah, asrama Arafah, asrama Bir Ali dan masih banyak lagi. Tarif yang dikenak relatif murah, berkisar Rp. 150.000,- sampai Rp. 550.000,- per malam.
Makan malam di asrama Bir Ali. Nasi bungkus, air mineral dan air panas plus kopi dan teh sachet dibawanya. Alasannya sangat sederhana ada meja dan kursi di ruang tamu, sementara di asrama meraka tidak ada. Obrolan tanpa arah dilanjutkan setelah makan malam.
“Pak Win, Fahmi sakit.”
“Sebentar…, sebentar, Fahmi yang mana ya….?”
“Badak! Bapak pasti ingat.”
Ya…., ya…., ya….., aku ingat Fahmi yang badannya gempal. Memang saat masuk pertama SKMA ada “Perpeloncoan” mereka diberi nama-nama binatang. Badak, Buaya, Gajah, Kancil, Wedus, Kebo dan masih banyak lagi. Yang mempelonco para guru, sehingga keamanannya dijamin. Saat itu yang masuk SKMA berjumlah 40 orang. Sampai sekarang pun mereka masih sering memanggil dengan nama “Perpeloncoan”.
“Sakit apa?”
“Macam-macam : stroke, gula, ginjal, malah matanya sudah tidak bisa melihat. Nanti kita menengok sebentar kalau Pak Win pulang, arahnya menuju ke Bandara.”
Obrolan yang cukup menarik saat mereka akan membuat usaha yang dapat menghasilkan uang. Awalnya, usahanya akan dilakukan oleh gabungan alumni angkatan 1 sampai dengan angkatan 6. Namun orang yang diberi mandat tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
“Sur (Suryadi), angkatan kita saja yang menjalankan.” Kata Indera.
“Saya sudah punya channel untuk mensupply sayuran ke IKN. Sayuran apa saja : bayem, cabe, kangkung, tomat dan lain sebagainya. Kita nanti kerjasama dengan catering di IKN. Hanya saja siapa yang dapat menghasilkan sayuran tersebut.” Kata Indera lebih lanjut.
Indera adalah mantan anggota DPRD Pontianak selama dua periode. Ia mempunyai banyak teman yang mempunyai jaringan cukup luas.
“Ide bagus, saya punya lahan lumayan luas untuk menghasilkan sayuran. Nanti kita kerjasama dengan BUMDes.” Kata Suryadi.
Sekarang ini Suryadi menduduki jabatan yang cukup penting, sebagai Sekretaris Adat Banjar. Saat Upacara 17 Agustus 2024 yang besangkutan di undang. Sepertinya, Pemerintah Pusat sangat memahammi pentingnya peranan adat dalam berbagai kegiatan. Kasus yang pernah ramai “pengusiran warga adat di IKN” menjadi pelajaran yang selalu diingat Pemerintah Pusat..
“Kalau punya uang banyak, katakan 500 juta, bisa usaha waralaba, Indomaret. Tinggal cari lokasi yang strategis di daerah Sepaku.” Aku coba memberikan saran.
“Bagus itu Pak Win.” Indera kembali menegaskan.
“Pak Win, putri saya saat kuliah di Yogya, selain belajar, waktunya juga digunakan untuk menjadi peracik kopi. Setelah kembali ke Balikpapan, jualan kopi gerobak hasilnya rata-rata 40 juta per hari yang dihasilkan dari empat gerobak.”
Luar biasa. Antara percaya dan tidak percaya. Namun aku harus mempercayai apa yang diceritakannya. Aku mengenalnya saat menjadi murid SKMA orang pandai, jujur, disiplin dan selalu menurut apa kata guru. Setelah lulus kerja di perusahaan swasta kehutanan dan kini sebagai pengusaha yang lumayan berhasil.
Apa yang disampaikan disampaikan Didik sangat menarik. Tentu ada kiat-kiat khusus untuk menggapai keberhasilannya.
“Besok malam kita mampir ke kopi gerobak putrinya Dididk yang berada di Pantai Emas Balikpapan.” Kata Indera.
Obrolan tentang usaha yang akan dilakukan cukup ramai dan semangat. Maklum mereka yang ASN sudah pensiun dan kurang kegiatannya. Sejenak obrolan berhenti ketika Suryadi memberitahu sesuatu yang kurang menggembirakan.
“Pak Win, barusan saya dapat WA dari pengelola IKN yang dilapangan, memberitahu kalau IKN ditutup sampai Oktober, katanya untuk mempercepat pekerjaan.”
Waduuuh pikir saya.
“Bagaimana Pak Win?”
“Ya…., kita tetap jalan-jalan menuju ke IKN, kita lihat perkembangan di lapangan, siapa tahu kita diizinkan masuk.”
Ngobrol selalu menyenangkan, waktu berjalan dengan cepat. Mata pun sudah mulai meredup. Obrolan pun berhenti.
“Saya mau istirahat.”
“Baik Pak.”
Pergantian waktu antara Bogor yang masuk WIB dengan Balikpapan yang masuk WIT ternyata berpengaruh nyata terhadap tubuhku. Hampir semalam aku tidak bisa tidur. Balik kanan, balik kiri, mata tetap tidak mau menutup. Ditambah lagi tidak ada guling, dua bantalnya terlalu lembut tidak bisa untuk menyangga kepalaku. Kata orang aku terkena JET LAG. Aku kurang mengetahui tentang jet lag. Hanya berbeda satu jam saja pengaruhnya begitu nyata terhadap tubuhku. Beruntung jet lag tersebut tidak berpengaruh pada kondisi tubuhku.
Pagi itu, sekitar jam 06.15 aku jalan pagi untuk melihat pedagang kaki lima yang berada tepat di depan asrama. Meski tidak terlalu banyak pedagangnya tetapi cukup ramai pengunjungnya. Dagangan yang ditawarkan berupa kuliner : bubur ayam, donat, berbagai minuman dan dagangan sejenis. Aku tertarik menikmati bubur Bandung dan bubur kacang ijo. Keduanya sangat nikmat, cocok dengan lidah Jawa. Harganya pun harga rakyat, bubur Bandung 12 ribu dan bubur kacang ijo 6 ribu.
Kembali ke asrama haji, jalan pagi keliling asrama. Berbagai tanaman sayur : kangkung dan entah apa lagi, anggur dikembangkan secara hidroponik didalam rumah kaca. Juga terdapat drum untuk budidaya lele dan ikan nila. Aku kurang tahu tujuannya. Logikanya lingkungan penginapan atau hotel ditanami dengan berbagai bunga yang indah yang ditata dalam suatu taman.
Berhenti sejenak ditepi pantai yang masih dalam lingkup asrama. Memandang hamparan laut yang berwarna biru keabu-abuan, beberapa kapal berlabuh dengan tenang. Terlihat beberapa orang sedang ngobrol dengan ditemani kopi panas dan asap rokok. Memang di beberapa tempat asrama haji menyediakan “warung kejujuran”, warung tanpa penunggu. Harga-harga sudah terpampang, tinggal ambil, buat kopi dan masukkan uang sesuai dengan yang dibelanjakan. Sayangnya kebersihannya kurang terjaga.
Harus diakui bahwa asrama haji perlu sentuhan tangan dingin pengelola hotel dari luar yang mampu mengubah lingkungan dan manajemen menjadi jauh lebih menarik. Paling tidak mereka dapat djadikan konsultan atau supervisi.
Sambil sarapan, Suryadi menerangkan rute perjalanan menuju IKN dan kendaraan yang digunakan.
“Pak Win, seperti yang sudah saya sampaikan kemarin, IKN ditutup sampai Oktober 2024. Kita tetap kesana menuju ke IKN, dapat melalui dua jalan. Pertama via jalan tol yang menurut info yang disampaikan ke saya, jalan tersebut ditutup. Kedua, melalui jalan biasa yang waktu tempuhnya lebih lama.”
“Jika melalui jalan tol, kendaraan dari Bandara Sepinggan, Balikpapan, masuk ke Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam), dan masuk ke Jalur Fungsional IKN di KM 11 Jalan Tol Balsam
dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam, sementara melalui jalan lama menempun sekitar 2,5 jam.
“Nggak apa-apa kita coba dulu yang via tol kalau nggak bisa kita melalui jalan fungsional meski waktu tempuhnya lebih lama.“
“Baik Pak. Kita sediakan dua kendaraan, satu mini bis dengan kapasitas 12 orang dan yang satu mini bis dengan kapasitas 6 orang. Silahkan Pak Win naik yang mana.”
“Yang minibis besar dapat pinjaman dari SKMA Samarinda beserta drivernya, Ade panggilannya, yang bersangkutan anaknya Pak Rizal. Apakah Bapak masih ingat Rizal?”
“Rizal driver BLK dulu? Ya saya masih ingat. Rizal itu driver kedua setelah Udin.”
Sebelum berangkat mejeng bersama di depan asrama. Suryadi, Didik dan Irwansyah bersama istri, malahan Suryadi membawa anaknya yang masih kecil. Aku salut kepada Amin dan Fitriyadi. Amin dengan kursi rodanya dan Fitriyadi dengan tongkatnya. Keduanya mempunyai semangat luar biasa untuk berjumpa denganku.
Jalan-jalan ke IKN aku harapkan menjadi kenangan indah. Paling tidak aku pernah melihat IKN meski masih dalam tahap pembangunan. Siapa tahu diberi umur panjang dan kesehatan dapat melihat kembali wujud IKN yang lebih cantik. Aku memilih naik bersama Ramli dan Sopiyanto. Sementara yang lain naik kendaraan mini bis yang lebih besar.
Perjalanan melalui jalan tol dengan harapan sampai pada persimpangan yang menuju ke IKN masih diperbolehkan. Kiri kanan jalan tol sudah berubah menjadi semak belukar. Pada tanah yang terbuka terlihat dengan jelas struktur tanahnya. Pada bagian atas berupa tanah lempung, sangat liat berwarna kuning kecoklatan diikuti lapisan berikutnya berupa batubara.
Tanaman Acasia mangium sepertinya diperkenalkan di beberapa spot untuk mengatasi semak belukar dan menutup lahan supaya tidak terbuka. Aku tidak terlalu yakin akan keberhasilannya. Mengapa untuk mengatasi lahan terbuka dan ilalang tidak digunakan saja Kemlandingan yang bahasa latinnya Leucaena leucocephala. Tanaman kemlandingan merupakan tenaman pionir mampu bertarung melawan ilalang, perakarannya dalam, tahan akan kebakaran dan dapat menyuburkan tanah serta bermanfaat bagi ternak. Penanaman cukup dilakukan dengan menaburkan bijinya pada musim penghujan. Untuk areal yang tidak luas dapat dilakukan secara manual, beberapa tenaga lapangan dapat ditugaskan menaburkan bijinya. Sementara untuk areal yang cukup luas dapat digunakan drone. Dijamin biayanya sangat murah. Diharapkan dalam waktu 3-4 tahun sudah terbentuk hutan kemlandingan. (bersambung 2)
———————
Salam sehat dan hangat selalu dari KRR-23 BOGOR.
Wassalam,
mBang Win, 5 Oktober 2024
——————
mBang Win, saat ini menekuni penulisan Cerita Pendek. Lumayan banyak Cerpen yang sudah diunggah di WEB CERPENMU dan IKASMAN1K. Untuk membacanya silahkan ketik Bambang Winarto Cerpenmu atau Bambang Winarto IKASMAN1K.
Alamat : Kebun Raya Residence F-23 Ciomas – BOGOR, HP 081316747515; Email : bambang.winarto54@gmail.com;