
JALAN JALAN KE IKN
JALAN JALAN KE IKN (bagian 2)
mBang Win
Kalimantan Timur sebenarnya merupakan provinsi terkaya di Indonesia, memiliki beberapa “Emas”. Pertama, “Emas Hijau”, berupa tegakan hutan tropika yang didominasi dari famili dipterocarpacea. Tahun 60-80 an, “emas hijau” ini dieksploitasi secara besar-besaran yang telah memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional. Sayangnya, eksploitasi yang dilakukan tanpa mempedulikan kerusakan lingkungan dan masyarakat lokal sekitarnya. Mereka menderita saat ini dan saat kedepan. Kebakaran hutan dan banjir hampir terjadi secara rutin setiap tahun. Kedua, “Emas Hitam” yang berupa batubara, dinikmati tahun 2000 an hingga kini. Ratusan kapal tongkang membawanya keluar dari Kalimantan Timur untuk diekspor keluar negeri. Layaknya hasil bumi yang tidak lestari, hasil batubara sudah mulai meredup. Apalagi ada tekanan dari internasional untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan. Mirip dengan kerusakan hutan, galian batubara ini meninggal jejak nyata berupa kubangan – kubangan besar yang akan menjadi danau tanpa ikan. Ketiga, “Emas Cair”, berupa gas dan minyak. Sudah cukup lama emas cair ini dinikmati dan sepertinya masih cukup lama memberikan manfaat kepada negara. Sayang ketiga “emas” tersebut kurang dapat dinikmati oleh warga Kalimantan Timur. Kebanyakan warganya masih hidup dalam serba kekurangan.
Mau melanjutkan perjalanan via Tol menuju IKN tidak bisa, jalan ditutup. Tidak ada petugas yang bisa diajak negosiasi. Mobil pun berbalik arah menuju jalan fungsional yang jaraknya lebih jauh dan waktu tempuhnya lebih lama, sekitar 2 jam lebih. Wis ra po po.
Kiri kanan jalan masih berupa tutupan tumbuhan yang lumayan lebat. Namun tutupan hutan sekunder jauh lebih banyak dibandingkan dengan hutam alam yang masih primer. Di beberapa spot terlihat hamparan tanaman sawit.
Jalan tidak terlalu lebar. Maklum jalan kabupaten yang hanya cukup untuk dua mobil saat berpapasan. Mendekati Kecamatan SEPAKU, kiri kanan jalan diperlebar sekitar satu meter dengan menggunakan beton cor. Beberapa ruas jalan mengalami lonsor, penyebabnya cukup jelas tidak kuat menanggung beban truk yang membawa berbagai material. Memang jalan didesain hanya untuk kendaraan kecil, bukan untuk kendaraan berat. Beberapa truk yang membawa bahan material IKN mogok dijalan padahal sepanjang jalan tidak ada tanjankan yanng curam. Alasan sederhana truk tersebut membawa muatan melebihi tonase yang diperkenankan.
Di beberapa ruas jalan dijumpai sekelompok kera, mereka melihat lalu lalangnya kendaraan dan berharap mendapat rezeki dari kendaraan yang lewat. Beberapa kera sedang menikmati makanan yang diberikan oleh kendaraan yang lewat, mereka ikut merasakan nikmatnya apa yang dimakan manusia. Gaya hidup dan pola makannya pun berubah. Makanan di hutan dianggap sudah tidak menarik lagi.
Keramaian mulai terasa kala memasuki KECAMATAN SEPAKU. Berbagai kesibukan sangat terasa.Kiri kanan jalan telah berubah menjadi aktivitas ekonomi. Warung makan, warung sembako dan berbagai toko lainnya lumayan lengkap keberadaannya. Masifnya pembangunan IKN dapat dipastikan banyak pendatang baru terutama dari Jawa.. Bagai semut yang mencium manisnya gula, mereka datang baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam.
Dapat diduga bahwa masyarakat yang berada disekitar IKN menjadi OKB (Orang Kayu Baru). Mereka mempunyai lahan yang kepemilikkannya hanya berdasarkan SKT (Surat Keterangan Tanah) dari Kepala Desa.
“Sur, berapa harga tanah per meter perseginya?”
“Sekitar 1.5 juta rupiah Pak.”
Tentu harga tersebut dianggap murah bagi pendatang yang berniat untuk investasi. Ibaratnya, usaha apa pun yang dikembangkan akan memberi keuntungan yang berlipat. Sebaliknya, aku tidak bisa membayangkan bagaimana penduduk lokal yang tiba-tiba memperoleh uang berlimpah dari hasil penjualan tanahnya. Apakah dibelikan barang-barang konsumtif atau ditabung atau yang lainnya. Yang menyedihkan jika mereka pindah mencari lahan hutan di dekat IKN untuk dibuka kembali.
Sebelum memasuki kawasan IKN, disebelah kiri terlihat tulisan yang cukup besar PERSEMAIAN MENTAWIR KEMENTERIAN KLHK. Informasi yang diperoleh Persemaian tersebut dibangun atas kerjasama dan kolaborasi dengan beberapa pihak yaitu KLHK,PUPR, PLN, Telkom dan perusahaan ITM, Indominco group. Persemaian disiapkan untuk menghijaukan IKN dan sekitarnya. Produksi bibit yang dihasilkan mencapai 15 juta dalam setahunnya. Bibit tanaman yang dihasilkan bukan hanya tanaman kehutanan berupa HASIL HUTAN KAYU seperti : belangeran, ulin, meranti, balsa, gaharu, nyatoh, nyamplung, tengkawang, jabon dan sebagainya. Juga, tanaman HASIL HUTAN BUKAN KAYU seperti aren, cempedak, duren, jengkol, petai, mangga, manggis, alpukat, sirsak dan lain-lain, serta TANAMAN ESTETIKA seperti tanjung, flamboyan, tabebuya, dan pucuk merah.
Dengan produksi bibit yang sangat banyak memungkinkan IKN untuk membuat HUTAN RAYA TROPIKA dengan kisaran luas 1000 ha. Tanaman yang disemaikan bukan hanya tiga kategori diatas tetapi juga seluruh tanaman yang tumbuh di Indonesia apakah tanaman berkayu atau tidak berkayu. Sebagai pembanding luas Kebun Raya Bogor hanya sekitar 100 hektar. Kementerian KLHK bersama BRIN sudah saatnya mulai merintis pembentukannya : lokasi, luas, jenis tanaman, landscape dan lain sebagainya.
Mobil pun masuk kawasan IKN dan berhenti tidak jauh dari pos pemeriksaan. Suryadi turun untuk melaporkan kedatangannya. Hanya selang beberapa menit Suryadi kembali ke mobil. Dari raut wjahnya dapat diketahui bahwa ada sesuatu yang tidak menggembirakan.
“Bagaimana Sur?”
“Tidak boleh masuk Pak.”
“Coba tunjukkan surat persetujuan yang awal, bahwa kita boleh masuk IKN.”
Suryadi pun kembali untuk negosiasi. Kembali ke mobil dengan wajah yang gembira.
“Bagaiman Sur? Boleh masuk?”
“Boleh Pak hanya tidak boleh mendekati Istana Kepresidenan.”
“Ya…, nggak apa-apa, yang penting boleh masuk. Perkara nanti di dalam kita negosasi lagi.”
Dari pos pemeriksaaan terlihat bangunan garuda bagian atas dengan megahnya dengan memamerkan kepakan sayapnya yang membentang dengan gagahnya. Di depannya terlihat sekelompok tegakan Eucalyptus.
Memang sebelum ditetapkan sebagai IKN, kawasan ini berupa kawasan hutan seluas kurang lebih 256.000 hektare yang merupakan konsesi PT ITCI. Sebagian kawasan telah dikonversi menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan tanaman Eucalyptus Sp. dan Acacia Sp. Pemegang saham terbesar perusahaan tersebut adalah Prabowo. Wilayah darat IKN nantinya akan terbagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan IKN dengan luas kurang lebih 56.180 hektar yang akan menjadi kawasan inti pusat IKN. Sementara pembangunan kawasan pengembangan seluas kurang lebih 199.962 hektar. Aku tidak tahu apakah kawasan IKN sudah ditata batas oleh BPN atau belum. Tata batas sangat penting untuk menghidari para broker tanah atau spekulan tanah.
Keliling ke kawasan IKN pun dimulai. Jalan masih berupa jalan tanah, beberapa ruas jalan sudah diperkeras dengan sirtu. Mobil berjalan melenggang tanpa hambatan. Kawasan sudah berubah menjadi semak belukar atau hutan sekundar, terlihat beberapa kelompok tegakan eukalyptus yang pertumbuhannya kurang menggembirakan, pohonya tinggi dengan batang kecil yang dalam bahasa Jawa disebut NGLANCIR. Memang dalam hutan tanaman industri khusunya untuk industri pulp and paper tidak diperlukan tegakan dengan diameter besar. Pada saat dipanen masuk pabrik dan langsung dijadikan bubur kertas.
Sebelum sampai Istana Negara terlihat puluhan bis parkir di sebuah lokasi, sepertinya bis tersebut disiapkan untuk mengangkut para pekerja dari apartemennya. Memang tidak berapa lama terlihat beberapa tower yang sudah fungsional dan menjadi tempat tinggal bagi para pekerja konstruksi yang membangun sejumlah infrastruktur di IKN. Entah berapa banyak yang sudah selesai. Info yang diperoleh 22 tower telah siap digunakan yang mampu menampung hingga 1.600 Hunian Pekerja Konstruksi (HPK).
Mobil berhenti di pos penjagaan. Lapor kepada penjaga dan atas kebaikannya, rombongan diperbolehkan mendekat dan melihat Istana Negara dari samping. Rombongan turun berjalan beberapa meter mendekati Istana Negara mencari posisi yang dianggap bagus untuk mejeng yang dapat menjelaskan statusnya tentang keberadaannya. Mejeng sendiri, mejeng bersama rombongan. Tentu mejeng disamping Istana Negera tidak sebagus dengan mejeng bila berada di depan Istana Negera. Dibelakang istina terlihat bangunan Sekretaris Negara yang pembangunanya sudah mencapai 95%. Melihat istana dari samping dan belakang ya… nggak apa-apa. Yang penting dapat menunjukkan sudah sampai di IKN. Seorang ibu penjual makanan ringan dan minuman menunggu dengan sabar dagangannya, berharap dari rombongan ada yang membeli. Ibu penjual tadi tidak mengetahui kalau IKN ditutup sampai Oktober. Kasihan juga.
Sebenarnya satu tahun yang lalu, saat Reuni Akbar SKMA di Samarinda aku diundang secara khusus. Kesempatan itu, juga aku gunakan untuk melihat IKN. Saat itu aku dan rombongan diperbolehkan masuk kawasan dan malahan sempat mejeng di depan calon Istana Negera yang kondisinya masih sekitar 5%, ditutup pagar dengan penjagaan beberapa petugas keamanan. Sempat juga melihat Titik Nol.
Kembali keliling ke IKN. Tidak banyak yang dapat dikunjungi. Salah satu spot yang dapat dikunjungi dan cukup menarik adalah keberadaan danau. Letaknya sedikit agak jauh dari Istana Negara. Danau tersebut menimal danau kedua yang ada di IKN. Danau pertama yang pernah aku lihat di televisi saat upacara 17 Agustus 2024 jauh lebih besar dan lebih bagus.
Danau tidak terlalu luas, tidak lebih dari ½ hektar. Mungki lebih tepat disebut bendungan. Tapi ya… nggak apa-apa aku sebut saja danau biar kedengarannya hebat. Pada ujung danau terdapat satu Gazebo untuk para pengunjung yang akan menikmati keindahan danau. Penataannya lumayan bagus. Namun masih perlu tanaman estitika yang dapat mempercantik lingkungan danau. Warna airnya coklat mudah dan tidak diketahui darimana asal muasalnya air tersebut. Apakah resapan air bawah tanah dari sisa “hutan” yang ada diatasnya atau jangan jangan dari buangan air berbagai gedung yang mengelilingi danau tersebut. Jika ini, air buangan harus diolah dulu, dilakukan treatment yang memungkinkan air buangan masih bisa untuk kehidupan makhluk di danau.
Aku tidak tahu mengapa air coklat di danau kok dipertahankan. Padahal mengubah air coklat menjadi air tidak berwarna sangatlah mudah. Air yang jernih memungkinkan melihat keindahan dasar danau, melihat ikan yang lalu lalang di danau, melihat tumbuhan air dan keindahan lainnya.
Sempat mejeng sendirian dengan berbagai gaya : dengan latar danau, latar kepala burung garuda dan latar danau sekaligus kepala burung garuda. Juru jepretnya Indera. Hasilnya woow…, indah-indah, aku share ke berbagai WAG teman dekat, komennya? “Wooow……, mBang Win masih joos gandos.”
“Sur, apakah masih ada yang dilihat?”
“Sudah selesai Pak.”
Diantara rombongan hanya Suryadi yang menguasai medan. Sudah dua kali melihat perkembangan pembangunan IKN, yang terakhir diundang saat upacara 17 Agustus 2024 dalam kedudukannya sebagai Sekretaris Adat Banjar.
Rombongan keluar dari kawasan IKN, kembali melalui jalan fungsional Sepaku – Balikpapan. Mendekati jam 14.00, rombongan berhenti di warung makan yang berada di tepi jalan. Sangat sederhana sekali. Dari menu yang disajikan dapat diduga penjual warungnya berasal dari Jawa. Makanan yang disodorkan langsung aku santap maklum perut sudah tidak mau diajak kompromi.
Di pertengahan jalan, Suryadi meminta kendaraan berhenti.
“Pak Win, lahan ini milik saya.”
Sepanjang jalan, lahan masih berupa hutan sekunder.
“Berapa luasnya?”
“Sekitar 6 hektar. Rencana saya dan teman-teman nanti lahan kita buka, kita olah menjadi kebun sesuai saran Indera. Kita akan kerjsama dengan BUMDes”.
“Bagus. Yang penting segera dimulai saja. Nanti akan diketahui permasalahan yang dihadapinya.”
“Baik Pak.”
Sampai di Hotel sudah sore, mandi dan istirahat sejenak untuk mempersiapkan acara nanti malam.
“Pak Win, nanti malam kita makan ikan dan sekaligus melihat kopi gerobak putrinya Didik di Pantai Emas Permai Balikpapan. Silahkan Pak Win istirahat dulu.”
“Pak Win pengin makan apa?”
“Apakah durian masih ada?”
“Sudah tidak musim Pak.”
“Kalau begitu saya pengin makan ikan bakar dan pisang goreng.”
“Baik Pak, kita ke Pantai Emas Permai Balikpapan.”
“Jauh dari asrama haji?”
“Tidak Pak, hanya 15 Km, sekitar 20 menit saja.”
“Mana Didik?”
“Sudah menunggu disana Pak.”
Didik memang tinggal di Balikpapan, sementara yang lainnya sebagian besar tinggal di Samarinda.
Kali ini, aku memilih naik kendaraan bersama Hairudin. Seperti biasa ngobrol tentang berbagai hal. Setelah lulus dari SKMA, yang bersangkutan bekerja di perusahaan kayu hingga kini. Jika teman-temannya yang menjadi ASN sudah pensiun semuanya, ia masih aktif bekerja. Malahan ia dipercaya untuk mengambil suatu keputusan yang memerlukan uang tidak lebih dari 100 juta. Diantara teman-temannya ia kelihatan yang paling “senior”, mungkin pengaruh rokok yang selalu setia berada di bibirnya.
Balikpapan sudah layak disebut sebagai Kota Metropolitan. Keramaiannya melebihi kota Samarinda yang merupakan Ibu Kota Kalimanta Timur. Samarinda lebih ke kota admnistrasi, berbagai kantor pemerintahan berada di sana. Sementara Balikpapan lebih ke kota perdagangan, pelabuhan, bandara udara dan infrastruktur lainnya sangat mendukungnya.
Pantai Mas Permai terletak di Jalan Jenderal Sudirman, berada di depan Kantor Kecamatan Balikpapan Kota. Kendaraan berjalan tidak terlalu cepat. Balikpapan malam hari cukup ramai. Kiri kanan jalan berjejer berbagai macam toko. Juga, di beberapa tempat, terutama di tepi pantai berjejer pedagang kaki lima. Aku tidak tahu mengapa disebut pedagang kaki lima. Apakah teman-teman tahu?
Hanya perlu waktu sekitar 20 menit, kendaraan pun sudah sampai ke Pantai Emas Permai. Lokasinya memang strategis, berada di tepi pantai yang merupakan pusat keramaian perkantoran pemerintahan dan swasta.
Sampai di Pantai Emas Permai, Didik dan istrinya sudah menunggu.
“Lumayan bagus untuk rekreasi santai bersama keluarga menikmati jajanan berbagai kuliner.”
“Betul Pak, pedagang kaki lima disini sebelumnya berjualan secara liar di jalan protokoler Jalan Jenderal Sudirman. Pemda Kota menatanya memberi wadah dan dipindahkan tempat berjualan yang layak di Pantai Mas Permai.” Kata Didik
“Untuk rekreasi, apa lagi malam hari harus dapat memberikan kenyaman dan ketenangan pagi pengunjung. Pemda harus dapat menjamin tidak ada preman disekitar Pantai Mas Permai.”
“Kini, Pantai Mas Permai menjadi salah satu lokasi favorit yang dikunjungi warga untuk menikmati suasana sore dan malam hari.”
Aku perhatikan Pantai Mas Permai. Lumayan panjang pantainya, Di bibir pantai disediakan tembok pembatas pantai yang sekaligus dijadikan tempat duduk para pengunjung. Mereka duduk santai menikmati minuman atau makanan kecil sembari ngobrol. Sebagian besar para para pengunjungnya para remaja.
“Kalau malam Minggu atau hari libur seringkali dikemas dengan keramaian live music.” Kata Didik.
Mataku tertuju sekelompok remaja yang lumayan banyak berkumpul di salah satu pedagang. Sesekali penjualnya dengan menggunakan pengeras suara meneriakan sebuah nama.
“Pak Win, itu gerobak anak saya.” Kata Didik sambil menunjuk pedagang kaki lima yang dikerubuti pembeli.
Gerobak is not real gerobak, just istilah. Apakah itu istilah orang Balikpapan untuk suatu dagangan kaki lima? Aku tidak menanyakan lebih lanjut. Gerobak hanya terdiri satu meja yang dinaungi sebuah payung tenda. Di atas meja terdapat dua atau tiga wadah yang telah berisi minuman dan es batu, dibagian depan disandingkan secara berderet susu kotak dalam kemasan satu liter. Entah merk apa. Gerobak tersebut dilayani tiga remaja laki-laki, satu membawa pengeras suara dan yang lainnya melayani pembeli
Pembelinya para remaja, laki dan perempuan, berdiri di depan meja menunggu giliran memperoleh kopi gerobak. Sesekali terdengar suara dari pengeras suara yang memanggil sebuah nama yang memberitahu bahwa pesanannya sudah siap diberikan. Mereka yang telah memperoleh gelas plastik kopi mencari tempat duduk ditepi pantai atau hanya berdiri sambil mengobrol bersama temannya. Mungkin ini yang disebut dengan LIFE STYLE anak melinial sekarang.
Istri Didik membagikan minuman dingin dalam gelas plastik kepada rombongan. Aku lihat kemasannya sangat sederhana, ada stiker kecil yang menempel pada gelas plastik “KOPI 5” yang merupakan kependekan dari KOPI KAKI LIMA.
Aku coba cicipi. WOOOW…, kopi rasa moca dingin. Dulu merupakan minuman kesukaanku. Sekarang sudah tidak minum es lagi.
“Sekarang sudah laku 500 gelas.” Kata istri Didik lebih lanjut.
Wooow…. Kembali suara decak kagum. Jam 8 malam sudah laku 500 gelas, jam 11 malam diperkirakan akan habis 1000 gelas.
“Berapa satu gelasnya?”
“Lima belas ribu Pak. Kalau KOPI KENANGAN tiga puluh ribu.” Didik coba membanding bahwa harga yang ditawarkan masih jauh lebih murah.
Dengan hitungan sederhana dalam semalam gerobak yang ada di Pantai Emas Permai dapat menghasilkan 1000 x Rp 15.000,- = Rp. 15.000.000,-. , Lima belas juta rupiah. Wooow …., luar biasa. Kalau empat gerobak yang dimiliki bisa dihitung sendiri berapa pendapatannya dalam satu malam. Ya…., hanya satu malam. Didik menyebutkan rata-rata empat gerobaknya menghasilkan 50 juta semalam. Ruaar biasa, mengalahkan gaji Presiden dan para menterinya.
“Kita ngobrol lebih lanjut di warung makan ikan ya….”
Rombongan menuju warung makan ikan bakar yang hanya memerlukan tidak lebih dari 13 langkah. Warungnya lumayan besar, berdiri tepat dibibir pantai.
“Silahkan pilih ikan yang mau dibakar.” Kata ibu penjaga warung.
Aku memilih beberapa udang yang lumayan besar dan ikan baronang. Pilihannya sudah sangat terbatas. Sepertinya cukup banyak pengunjung sebelumnya yang telah menikmati ikan bakar. Untuk minumannya aku pesan jeruk panas. Duduk berderet, didepanku Suryadi dan Didik dan disebelahku Asli dan Fitriyadi dan yang lain duduk bebas. Sementara para istri mencari tempat duduk tersendiri. Warung sudah tidak terlalu ramai, padahal waktu masih menunjukkan sekitar jam 20.30.
Tidak perlu waktu lama, ikan dan udang bakar serta minuman jeruk panas sudah disajikan di meja makan.
“Pak, nasinya silahkan ambil sendiri.” Kata ibu penjaga warung.
Aku ambil nasi yang masih hangat tidak terlalu banyak. Kata teman-teman usia lansia harus dikurangi porsi makan nasinya, sebagai gantinya sayur daun pepaya yang ada aku perbanyak. Makan ikan dan udang segar bakar terasa nikmat sekali. Apalagi, udara dingin, angin sepoi dari laut dan ngobrol bersama mantan murid. Selesai makan, aku ingin mendengarkan cerita Didik atas keberhasilan putrinya dalam mengembangkan usaha kopi dingin.
“Didik, coba ceritakan kehebatan putrimu.”
“Putri saya kuliah di Universitas Veteran Yogyakarta dengan memilih Fakultas Ekonomi . Oh…., ya…, putri saya bernama Tri Rama Anugrah Prastowo.” Didik mulai cerita.
“Sambil kuliah, putri saya mengikuti pelatihan BARISTA atau PERACIK KOPI, bagaimana meracik minuman kopi yang dapat dirasakan jauh lebih nikmat terutama bagi penikmat kopi.”
“Sejak ia berusia 19 tahun, ketika keahliannya dianggap sudah cukup, ia menjadi PELATIH BARISTA. Kalau yang pertama menjadi murid Barista yang kedua menjadi gurunya. Pendapatannya lumayan besar, sehingga ia minta kepada saya untuk tidak mengirim biaya kuliah lagi. Sebagai orangtua, tentu saya bangga usaha yang dilakukannya..”
Bagi saya Barista itu rada aneh. Teman saya yang saat masih menjabat sebagai direksi bank yang cukup terkenal dan memimpin suatu Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Perbankan juga pernah belajar sebagai peracik kopi. Saat reuni, beliau sendiri yang meracik kopinya. Beliau juga mengajarkan bagaimana cara minum kopi yang benar. Weleh…., weleh…., weleh…. Minum kopi saja ada caranya. Bagiku minum kopi ya…., seperti minum air mineral saja.
“Sebagai mahasiswa ekonomi, ia mempunyai intuisi bahwa minuman kopi akan menjadi booming. Warung kopi bertumbuhan diberbagai tempat, dari warung kaki lima sampai warung mewah khusus kopi.”
“Setelah memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Rama focus pada usaha minuman kopi. Ia melihat prospek yang sangat cerah, perkembangan peminum kopi para remaja semakin banyak. Kopi khusus untuk remaja masa kini, diramunya. Kopi tidak harus diminum panas, kopi bisa juga diminum dingin yang tidak kalah nikmatnya. Kopi hasil racikannya diberi merk KOPI 5, yang merupakan kependekan dari Kopi Kaki Lima”
Kini, ia mempunyai cabang 12 tempat di Yogya, Magelang, Ungaran, Semarang, Purworejo dan Balikpapan. Di Yogya dan Semarang Rama membawahi 36 barista dan 128 karyawan. Para karyawannya rata rata anak kuliahan ada yang lulusan Sarjana Teknik Sipil dari Rusia dan Telkom. (bersambung 3)
————————–
Salam sehat dan hangat selalu dari KRR-23 BOGOR.
Wassalam,
mBang Win, 5 Oktober 2024
——————
mBang Win, saat ini menekuni penulisan Cerita Pendek. Lumayan banyak Cerpen yang sudah diunggah di WEB CERPENMU dan IKASMAN1K. Untuk membacanya silahkan ketik Bambang Winarto Cerpenmu atau Bambang Winarto IKASMAN1K.
Alamat : Kebun Raya Residence F-23 Ciomas – BOGOR, HP 081316747515; Email : bambang.winarto54@gmail.com;