ARJUNO MENCARI CINTA (PART 2)

ARJUNO MENCARI CINTA (PART 2)

 “Dewiku, kini saatnya kita kembali kumpul dengan teman-teman. Aku “Khawatir” Agus mencari kita.”

Dengan bergandengan tangan, kami kembali ke tempat berkumpul. Kali ini menaiki tangga yang lumayan banyak. Beberapa kali Dewi minta istirahat.

“Arjuno, Dewi capek sekali. Arjuno sudah berjanji akan menggendong Dewi.”

Dengan senang hati Dewi kugendong sampai tempat berkumpulnya teman-teman. Untung jaraknya sudah tidak terlalu jauh, tinggal sekitar 25 meter.

“Waduh…, senengnya Dewi, minta gendong Arjuno.” Kata Ida.

“Arjuno, aku iri sama Dewi. Boleh nggak aku minta gendong juga.” Kata Ida lebih lanjut.

———————-

Wisata yang luar biasa, wisata yang tidak terlupakan. Malamnya,  wisata Curug Sewu aku catat dalam “Buku Harian” menjadi  “Memori” yang tidak terlupakan.

Sejak “Saat Itu”, setiap “Malam Minggu”, pulangnya aku selalu mencium bukan hanya keningnya tetapi juga bibirnya yang bentuk bibirnya menyerupai busur dewa asmara. Pernah aku “Pura-Pura Lupa” tidak menciumnya.

“Dewiku, saatnya Arjuno “Pulang”.

“Arjuno…, kamu lupa ya…?”

“Lupa apa yaa…? Ya…, ya….”

Buru-buru aku cium kening dan bibirnya.

———————-

Masa liburan berakhir dengan dimulainya tahun ajaran baru. Kami, aku, Dewi, Ida, Desy, Ani, Agus dan Dulkamdi di terima di SMA N 1 Kendal. Senang? Tentu saja, sejak awal sudah menjadi cita-citaku.

Hari pertama masuk dengan seragam baru, baju putih dan celana panjang abu-abu. Terlihat  kerumunan siswa baru yang ingin melihat papan pengumuman masuk kelas satu yang mana. Siswa baru yang diterima sebanyak 240 siswa yang terbagi dalam 6 kelas, masing-masing kelas 40 siswa.

“Dewiku, masuk kelas satu berapa? Kalau aku, Agus dan Ida masuk kelas 1/C”

“Arjuno, Dewi masuk kelas 1/D. Di kelas tersebut dari kelas  kita, 3/A SMP hanya Dewi “Sendiri”. Dulkamdi di 1/A, Desy di 1/E dan Ani di 1/F.

“Jadi aku yang paling beruntung masih bisa satu kelas dengan Agus dan Ida.

“Arjuno, aku takut sama Ida?”

“Takut”?, “Kenapa, Mengapa”?”

“Ida itu cantik, tetapi “Genit”, sejak SMP “Naksir” sama kamu.”

“Dewiku, “Percayalah” kepadaku.”

“Juno, kita satu kelas lagi.” Kata Ida dengan “Wajah” gembira.

“Juno, terus Dewi di kelas satu berapa?” tanyanya lebih lanjut.

“Dewi, di kelas 1/D sendirian tidak ada teman yang berasal dari kelas kita di SMP 1.”

“Juno, “Jujur”, kalau aku senang Dewi tidak sekelas dengan “Kita”.

“Emangnya “Kenapa” ?”

“Kalau tidak ada Dewi, aku bisa jadi “Teman Tapi Mesra” mu.”

“Ida, kamu itu “Ada-Ada Saja”. Kamu itu “Cuma Teman Biasa”. Ida, aku “Tak Bisa Ke Lain Hati”, aku “Terlanjur Sayang” kepadanya. Aku sudah berjanji akan selalu menggemgam “Jemari” nya.”

“Juno, Ida selalu “Mengharapkanmu” sebagai kekasih. Menjadi “Kekasih Bayangan” pun juga “Tidak Apa-Apa”.

“Kisah Kasih di Sekolah” dengan Dewi masih tetap terjaga, namun hanya jam-jam istirahat saja dapat ketemu. Suatu ketika aku menerima pesan dari Dewi.

“Arjuno, Dewi  “Ingin Jumpa”. Kita ketemu di dibawah pohon akasia, jam ketiga. Dewi “Tunggu”.

Sebelum jam yang telah di tetapkan, aku sudah “Menunggu” di tempat yang telah dijanjikan. Sampai  pada jam yang dijanjikan Dewi belum juga datang, aku  menjadi “Gelisah”.

Terdengan suara “Samar”, entah dari mana datangnya, begitu dekat di telingaku.

“Juno sedang apa di sini?”

Aku lihat kiri dan ke  kanan, tiada siapa-siapa. Aku perhatikan pohon akasia, memang ada barisan “Semut” merah. Apakah suara tersebut berasal semut? Sungguh aneh. Meskipun demikian, pertanyaan tersebut aku jawab juga.

“Aku sedang menunggu pacarku.”

“Menunggu Dewi ya…”

Kembali ada yang menjawab pertanyaannku, iseng-iseng aku tanya kembali  kepada siapa ku tak tahu.

“Apakah ada yang tahu sekarang Dewi “Sedang Apa Dan Dimana”.

“Mana Ku Tahu”.

Aku  “Terkejut” mendengar jawaban yang ku tak tahu dari siapa. Tapi suara itu begitu jelas di telingaku. Apa suara semut merah?

Sampai jam ketiga berakhir, Dewi tidak muncul. Ada apa ya…? Tidak biasanya Dewi “Ingkar Janji”. “Mungkin” nanti jam istirahat kedua aku akan tanyakan.

“Arjuno, sebelum aku keluar kelas, Ibu Guru sudah masuk kelas dan langsung memberikan ulangan. Ya… “Terpaksa” Dewi ikut ulangan tanpa sempat memberitahumu.”

“Sebenarnya apa yang ingin disampaikan Dewi?”

“Aku lagi “Mumet” dengan pelajaran matematika  tadi pagi. Aku  ingin melepaskan sejenak bersamamu. Tadinya Dewi ingin ngebakso dan minum yang dingin.”

“Arjuno, nampaknya Dewi akan pilih jurusan IPS atau Bahasa saja. Kalau jurusan IPA jelas Dewi tidak mampu. Pelajaran matematika di awal pelajaran saja sudah tidak mampu belum pelajaran yang lain : fisika, kimia. Pusing.”

“Dewiku, jurusan apapun baik, yang penting ditekuni. Kalau menurut Arjuno pilih jurusan bahasa itu lebih baik. Siapa tahu nanti bisa menjadi penterjemah internasional.”

———————-

 “Ida, “Tolong” donk, jangan sampai Dewi tahu foto-foto ini.”

Ya…, itu foto-fotoku saat ulang tahun Ida, beberapa diantaranya saat aku mencium pipi Ida. Malam Minggu kemarin, Ida merayakan ulang tahunnya. Aku diundang khusus, bahkan diperlakukan istimewa saat acara ulang tahunnya. Aku dianggap sebagai pacarnya. Setelah tiup lilin, aku diminta mencium pipinya. Permintaan yang tidak dapat aku tolak.

“Juno, Ida “Tak bisa”  menjamin.”

“Ida, “Kamu Tahu”, kalau aku “Sayang” banget sama Dewi sejak SMP. Bisa-bisa Dewi “Marah” besar melihat foto “Kita Berdua”.

“Kalau Dewi marah besar, aku siap menggantikannya.”

“Ida, “Kamu” jahat.”

Melihat gelagat Ida, Aku “Pasrah”,  “Apa yang Terjadi” terjadilah.

“Teng…., teng….., teng….” Bel tanda istirahat berbunyi. Waktu “Sesaat” yang cukup menyenangkan. Bergegas aku menuju tempat duduk di pojok belakang kantin yang biasa aku dan Dewi gunakan. Aku lihat melalui jendela Dewi berjalan setengah “Berlari” menuju tempat duduk yang aku sediakan.

“Arjuno, kapalaku “Pusing”. Dewi langsung duduk dan bersandar di bahuku.

“Pelajaran matematika ya….?”

“Iya…, setiap pelajaran matematika, kimia, fisika, kepalaku selalu pusing. “Rasanya” kok sulit amat.”

“Sekarang kita makan mie bakso dulu di tempat Ibu “Nurlela”, “Lupakan” pelajaran tadi bagi.”

Selang satu minggu, sepertinya Dewi  sudah mengetahui foto-foto saat ulang tahun Ida. Buktinya Dewi tidak mau jumpa denganku, bahkan di WA pun tidak mau menjawab.

 Malam Minggu itu aku tidak berani ke rumahnya, aku dalam “Keraguan” meski hanya mengirim pesan pendek kepada Dewi. Setelah “Merenung” akhirnya aku putuskan untuk mengirimnya. “Paling Tidak”, Dewi akan membacanya bahwa aku beritikad baik untuk menjelaskan kejadian yang “Sebenarnya”.

“Dewiku, “Selamat Malam”. Sunyi, sepi malam Minggu “Tanpamu”. Belum satu Minggu, aku sudah “Kangen” kepadamu. Dewiku, aku “Sadar Diri” kalau aku “Bersalah”. Tapi, berilah kesempatan padaku untuk menjelaskan tentang acara ulang tahunnya Ida. Setelah itu, “Terserah”  kamu, apakah hubungan kita akan “Putus Atau Terus”. Pesan singkat melalui WA itu aku kirim.

Tidak perlu lama sudah terlihat  tanda dua  check biru  yang artinya pesan yang aku kirim telah dibaca Dewi. Dengan “Jatung Berdebar” , sebentar-sebentar aku lihat WA, “Berharap” dapat balasan dari Dewi. Sampai “Tengah Malam” “Ternyata” tiada balasan. Pikiranku “Kusut”, “Kucoba“rebahkan badanku, “Saat Ku Pejamkan Mata”, “Bayang – Bayang Ilusi” Dewi menari-nari di kepalaku. Malam itu, aku “Mimpi Buruk”, Dewi “Berlari” bersama seorang “Lelaki”. “Sayang” aku tidak mengenal lelaki tersebut, wajahnya tertutup “Topeng”.

 Bangun tidur yang “Pertama Kali” aku sambar HP yang ada di meja belajar. Dengan “Tergesa” WA aku buka, “Berharap”  ada balasan, “Ternyata” “Penantian yang Sia – Sia”. Sudah “Semalam” “Aku Menanti Jawaban” (Padi) dari Dewi.

Dua Minggu sudah, Dewi tidak mau jumpa denganku apalagi “Bicara”. “Rasanya” tidak adil kalau aku tidak diberi kesempatan untuk menerangkan apa yang sebenarnya terjadi. Memang aku mencium pipi Ida itu benar seperti yang terlihat di foto, tetapi “Mengapa” aku menciumnya, Dewi harus tahu.

Berangkat sekolah tanpa semangat. Sinar menteri sebagian tertutup “Awan Hitam”. Sepertinya, cuaca mengerti suasana hatiku. Kadang aku berpikir “Mengapa harus Berjumpa dengannya kalau harus “Berpisah”.

“Malam Minggu” itu “Bulan” bersinar diantara “Langit Abu-Abu”, “Bintang-Bintang” bertaburan memberikan tambahan “Cahaya Terang” pada mereka yang sedang “Memadu Kasih”. Namun tidak bagiku. Kesepian, kesendirian yang kurasakan.  Bintang Di Surga, aku akan mengadu kepadamu.  Hatiku sedang “Keruh”, “Kini” aku sedang  “Sendirian” duduk di bawah pohon mangga di depan rumah. “Angin Malam”, maukah kamu menyampaikan salam “Rindu” kepadanya, aku “Terlanjur Cinta” kepadanya, “Kesepian” selalu menyertaiku. “Bayangan” “Wajah” nya selalu menghiasi wajahku. 

———————-

Sudah satu bulan lebih Dewi selalu menghindar dariku. Bahkan kala jam istirahat Dewi secara demonstratif mengajak Prabowo teman satu kelasnya pergi ke kantin.

Malam itu begitu “Hening”, tiada suara binatang yang biasanya meramaikan suasana. Hujan rintik-rintik menambah keheningan. Namun,  “Dinginnya Malam” tidak mampu membuatku pergi ke tempat tidur. “Senyum” diwajahnya selalu menempel diwajahku. Dewi, apakah engkau demikian “Benci” kepadaku? “Mengapa Tiada Ma’af” bagiku? Dewi, tahukah kamu, “Kau Sekalu di Hatiku”. Dewi, tahukah kamu aku “Takkan Berhenti Mencintaimu.  Apakah “Kisah Cintaku” akan berakhir sampai disini? Dewi, aku “Belum Siap Kehilangan” dirimu?

Waktu berjalan demikian lambatnya. Dewi yang satu sekolah tidak dapat kutatap wajahnya. “Kerinduan” semakin bertambah hari demi hari. “Andai Aku Bisa” memutar waktu tentu aku tidak menghadiri hari  ulang tahun Ida.

Hari kelabu itu datang tanpa diundang. Ketika kembali dari jam istirahat, di mejaku tergeletak sepucuk surat dari Dewi. Dengan ketergesaan, aku buka. Isinya sangat singkat.

“Juno, aku pindah sekolah mengikuti kepindahan orangtua. Lupakan Dewi, seperti halnya aku akan melupakanmu.”

Aku baca beberapa kali. Aku lemas, menyesali, tapi nasi sudah jadi bubur. “Kesepian”, akan menemaniku,  entah sampai kapan akan berakhir. Mungkin ini peringatan dari Ayahku bahwa aku tidak boleh pacaran. Aku memang sudah berjanji untuk mencari ilmu setinggi langit.

“Dewi, kalau kita “Jodoh Pasti Bertemu”. Percayalah, aku akan mencarimu kalau aku sudah menjadi sarjana, aku percaya kamu adalah jodohku.”

TAMAT

—————————

CATATAN : 119 JUDUL LAGU DAN PENYANYINYA

“Khawatir” (Tulang Tio); “Buku Harian” (D’ Paspor Adista); “Memori” (Ruth Sahanaya); “Saat Itu” (Andezz); “Malam Minggu” (Rhoma Irama, Cherrybelle); “Pura-Pura Lupa” (Mahen); “Pulang” (Maudy Ayunda, Float); “Sendiri” (Kotak); “Takut” (Idgitaf); “Kenapa, Mengapa” (Coboy Junior); “Naksir” (D’Masiv); “Percayalah” (Afgan dan Raisa); “Jujur” (Radja); “Kita” (Sheila On 7); “Kenapa” (Tangga); “Teman Tapi Mesra” (Ratu); “Ada-Ada Saja” (A.Rafiq); “Cuma Teman Biasa” (Erwin Saz); “Tak Bisa Ke Lain Hati” (KLa Project); “Terlanjur Sayang” (Memes); “Jemari” (Juicy Luicy); “Mengharapkanmu” (Tegar Septian); “Kekasih Bayangan” (Cakra Khan); “Tidak Apa-Apa” (The Three).; “Kisah Kasih di Sekolah” (Chrisye, Obbie Messakh); “Ingin Jumpa” (Rezky Ichwan).; “Tunggu.” (V.E); “Menunggu” (Via Vallen); “Gelisah” (Iwan Fals); “Samar” (D’Masiv); “Semut” (Nosstress); “Sedang Apa Dan Dimana” (Sammy Simorangkir); “Mana Ku Tahu” (Sam Bimbo, Titi DJ); “Terkejut” (Evie Tamala); “Ingkar Janji” (Repvblik, Hetty Koes Endang); “Mungkin” (Potret); “Terpaksa” (Rhoma Irama); “Aku lagi “Mumet” (Indra Lesmana); “Tolong” (Budi Doremi); “Tak bisa”  (Rahmania Astrini feat Nino RAN); “Kamu Tahu” (Cakra); “Sayang” (Ungu); “Marah” (Shena Malsiana); “Kita Berdua” (Sheryl Sheinafia); “Kamu” (Nano); “Pasrah” (Ermi Kullit, Happy Asmara); “Apa Yang Terjadi” (Dbagindas); “Sesaat” (Benny Soebardja); “Berlari” (Evolet) ; “Pusing” (Winner); “Rasanya” (Cantora Paramita); “Nurlela” (Trio Lestari, Muchsin); “Lupakan” (Noorman Camaru Feat Saykoji) ; “Keraguan” (Ermy Kullit); “Merenung” (Kiki KDI); “Paling Tidak” (Melly Goeslaw); “Sebenarnya” (Raihan, Micel); “Selamat Malam” (Grace Simon);  “Tanpamu” (Tetty Kadi, D’Masiv); “Kangen” (Dewa 19); “Sadar Diri” (Happy Asmara); “Bersalah” (Five Minutes); “Terserah”  (Glenn Fredly); “Putus Atau Terus” (Judika); “Jatung Berdebar”  (Nadya Rafika),; “Berharap” (Felix Fergie); “Tengah Malam” (Ren Tobing); “Ternyata” (Rudiath RB); “Kusut” (Fourtwnty); “Kucoba“ (January Christy); “Saat Ku Pejamkan Mata” (Rudu Zil); “Bayang – Bayang Ilusi (Anggun C. Sasmi); “Mimpi Buruk” (Elvy Sukaesih).; “Berlari” (Evplet); “Lelaki” (Gio Lelaki); “Sayang” (Ungu); “Topeng” (Peterpan); “Pertama Kali” (Shaa); “Tergesa” (Keisya Levronka); “Berharap” (Felix Fergie); “Ternyata” (Rudiath); “Penantian Yang Sia – Sia” (Andra Respati); “Semalam” (Farhan, Ainal Abdul); “Aku Menanti Jawaban” (Padi); “Bicara” (Senja); “Rasanya” (Antora Paramitha); “Mengapa” (Iis Dahlia); “Awan Hitam” (Koes Plus); “Mengapa harus Berjumpa (D’Lloyd); “Berpisah” (The Panasdalam Bank feat Vanesha Prescilla); “Malam Minggu” (Rhoma Irama); “Bulan” (Andre Taulany); “Langit Abu-Abu” (Tulus); “Bintang-Bintang” (Titi Dj); “Cahaya Terang” (Sheila On 7); “Memadu Kasih” (Rian Prabu); “Bintang Di Surga” (Peterpan); “Keruh” (Float); “Kini” (Rossa); “Sendirian” (Gisel feat Abirama); “Angin Malam” Broery Marantika); “Rindu” (Kerispatih); “Terlanjur Cinta” (Rossa); “Kesepian” (Vierra); “Bayangan” (Pas Band); “Wajah” (Jaclyn Victor); “Hening” (Chriye); “Dinginnya Malam” Gerry Mahesa); “Senyum” (Asad Motawh); “Benci” (Rita Sugiarto); “Mengapa Tiada Ma’af” (Yuni Shara); “Kau Sekalu di Hatiku” (Yuni Sara); “Takkan Berhenti Mencintaimu” (Anneth).; “Kisah Cintaku” (Chriye); “Belum Siap Kehilangan” (Stevan Pasaribu); “Kerinduan” (Bob Tutupoli); “Andai Aku Bisa” (Chriye); “Kesepian” (Vieera),; “Jodoh Pasti Bertemu” (Afgansyah Reza).

—————————

 

Ditulis oleh:

Alumni 1973

BAMBANG WINARTO dilahirkan di Magelang pada tanggal 15 Juni 1954. Selesai mengikuti Pendidikan di SMA N Kendal 1973, ia melanjutka di Fahutan di IPB (1978). Karir di pemerintahan mulai berkembang setelah memperoleh gelar Magister Manjemen (MM). Karier tertinggi sebagai ASN sebagai Kepala Kanwil Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara (2000). Pernah sebagai penulis non fiksi tentang kehutanan. KAMUS KEHUTANAN merupakan karya fenomenalnya yang menjadi pegangan para rimbawan. Saat ini menekuni penulisan cerita pendek (cerpen) dan puisi. Cerpen – cerpen yang ditulisnya di unggah pada web CERPENMU dan selalu menjadi nominasi cerpen terbaik setiap bulannya.

Tinggalkan Komentar

LANGGANAN

BULETIN KAMI