HACKER

HACKER

21 Feb 2024
1.902

Baginya sekolah hanya sekedar memenuhi keinginan ayahnya saja. Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan dunia informasi dan teknologi (IT). Hampir setiap hari laptop yang dimilikinya selalu terhubung dengan internet. Ayahnya konsultan dalam bidang IT dan menjadi direktur perusahaan yang didirikannya. Ia tahu betul sifat anaknya,  suka menyendiri, cenderung tertutup dan betah menatap komputer berjam-jam.

 “Juno, kamu mempunyai bakat di bidang komputer, nanti ayah tugaskan staf ayah untuk mengajarimu.”

“Baik ayah.”

Sejak SD ia sudah mempelajari pemprograman. Jadi tidak heran kalau di SMP ia sudah dapat  membuat program yang sederhana. Sekolah hanya sekedar memberikan suasana berbeda. Nilai yang diperolehnya pun biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Sekolah sendiri di rumah pada sore dan malam hari jauh lebih menarik. Tiga staf ayahnya bergantian mengajari  berbagai hal tentang komputer : ilmu komputer,  teknik informatika, rekayasa perangkat lunak, teknik komputer, manajemen informatika dan lainnya.

Saat kelas dua SMA ia sudah mulai diikutsertakan dalam tim pimpinan ayahnya untuk membuat aplikasi di pemerintah daerah. Programnya kategori sederhana hanya  menggabungkan antara peta digital suatu kabupaten dengan kegiatan yang ada di kabupaten tersebut sampai tingkat desa. Apa yang dikerjakan mendapat pujian dari ayahnya. Sejak itu ia sering diikutkan dalam berbagai proyek.

Memasuki dunia kampus, ia tetap konsisten mengambil jurusan komputer. Sebenarnya, kemampuan yang dimilikinya sudah melebihi kemampuan para dosennya, namun ia  tidak ingin menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Ia memilih menjadi mahasiswa manis, duduk di barisan depan, mendengarkan apa kata dosen, mencatatnya dan selebihnya diam. Nilai-nilai yang diperoleh pun dibuat biasa-biasa saja. Sifatnya yang lebih  suka menyendiri belum berubah. Sampai dengan tingkat tiga ia masih belum punya teman dekat wanita, teman laki-lakinya pun juga tidak banyak. Perpustakaan tempat sempurna baginya. Koleksi buku-buku komputer sangat lengkap dan lebih dari itu suasananya sepi, tanpa pengunjung. Paling-paling ia ngobrol  dengan gadis penjaga perpustakaan.

“ Hallo mbak, karyawan baru ya…..”

“ Betul Mas, saya sebenarnya sedang magang disini. Saya masih sekolah di SMK jurusan Perpustakaan.”

“Mas panggilannya siapa ya… Kalau saya boleh dipanggil Dewi. Nama lengkap saya Dewi Ayuningsih.”

“Dewi boleh panggil saya Juno. Nama lengkapnya Arjuno. Kalau saya mengenalkan dengan nama Arjuno agak malu. Arjuno itu kan satria gagah dan tampan yang menjadi idaman wanita.”

“Mas Juno juga tampan kok.”

Ia agak tersipu mendapat sanjungan dari Dewi. Rasanya baru kali ini ia ngobrol santai dengan seorang gadis. Ia sangat menikmati obrolannya.

“Dewi, tolong carikan buku yang berhubungan dengan HACKER atau peretas.”

“Mas mau jadi hacker ya…”

“Ya… nggak lah, emangnya hacker itu apa sich …?”

“Nggat tahu.”

“Sama donk, sama-sama tidak tahu.”

“Sebentar ya…..”

Dewi mengetikan sesuatu di komputernya dan tidak berapa lama membawa buku-buku yang berhubungan dengan hacker.

“Dewi, saya pinjam tiga buku dulu ya….”

Ternyata, membaca berbagai buku tentang hacker sangat menarik. Seorang hacker harus memiliki pemahaman lanjutan tentang komputer: jaringan, pemrograman, sistem pengamanan, perangkat keras dan yang lainnya. Hacker selalu digambarkan sebagai sosok peretas perangkat seperti komputer, ponsel, webcam, hingga perangkat jaringan. Dengan keahliannya, seorang hacker  dapat memperoleh akses secara illegal ke jaringan yang dituju.   Data dan informasi disandera untuk memperoleh uang tebusan atau hanya sekedar mempertotonkan keahliannya. Hacker identik dengan penjahat dunia maya.

Seperti biasa setiap tidak ada kuliah, ia selalu ke perpustakaan untuk membaca majalah dan kliping koran yang berhubungan dengan komputer. Dari berita koran ia mengetahui bahwa cukup banyak situs pemerintah yang diretas hacker. Namun ia gagal paham ketika kedua situs yang paling canggih pertahanannya jebol juga. Pertama situs Kementerian Pertahanan dan Keamanan dan yang kedua situs Badan Siber dan Sandi Negara. Data dan informasi yang klasifikasinya rahasia terambil hacker. Herannya, pemerintah sepertinya baik baik saja, tidak ada sesuatu yang dipermasalahkan. Berita itu dalam satu dua hari hilang tertiup angin. Dari majalah digital komputer ia pun mengetahui kalau di Indonesia sudah lama ada komunitas hacker yang bertujuan saling berbagi ilmu tentang peretasan. Beberapa antaranya : Xcode, Devilz Code, Echo, Kecoak Elektronik, Binus Hacker dan  HN Community. Ia semakin paham dan kagum terhadap hacker yang keahliannya sudah mumpuni. Pada akhirnya ia berpendapat bahwa ilmu yang diperoleh sangat bergantung kepada orang yang memilikinya, apakah akan digunakan untuk kejahatan atau sebaliknya.

Kala memasuki tingkat empat, pikirannya mulai terusik. Ada ketidakadilan dalam masyarakat. Cukup banyak orang hidupnya luar biasa mewahnya, apakah sebagai pejabat di pemerintahan  atau sebagai pengusaha. Rumah mewah,  mobil mewah dan gaya hidup mewah. Mereka dengan bangganya memamerkan  kekayaan yang dimilikinya di media sosial, sangat menyakitkan bagi masyarakat kecil.  Ia sangat yakin bahwa kekayaan yang diperolehnya dilakukan secara  tidak wajar, apakah korupsi atau kegiatan yang melanggar hukum lainnya. Pemerintah sepertinya tidak berdaya untuk mengatasinya, meski sudah ada lembaga kepolisian, kejaksaan, KPK dan lembaga lainnya. Di sisi lain, ia melihat banyak masyarakat yang hidup dalam ketidaklayakan.  Rumah tidak layak huni, anak kekurangan gizi dan sederetan ketidaklayakan lainnya. Seandainya sebagian uang yang dimiliki para koruptor diambil dan diberikan kepada masyarakat miskin tentu keadaannya akan berbeda.

Dari majalah komputer yang dibaca, ia mengetahui ada sepuluh hacker yang telah menggegerkan dunia : Kevin Mitnick, Gary McKinnon, Anonymous, Tsutomu Shimomura, Jonathan James, Kevin Poulsen, Evgeniy Bogachev,  Tsutomu Matsumoto dan Hamza Bendelladj. Kehebatannya tidak perlu dipertanyakan. Mereka mampu meretas situs perusahaan besar, situs militer, situs perbankan dan sistem lainnya yang sudah dianggap aman. Ia sangat kagum kepadanya. Dua diantaranya menjadi idolanya. Pertama, Jonathan James dikenal dengan nama “cOmrade,” ia masih sangat muda yang pada usia 15 tahun, berhasil meretas sistem NASA dan mencuri perangkat lunak bernilai jutaan dolar. Kedua Hamza Bendelladj dengan nama alias “Bx1”. Pria asal Tizi Ouzou Aljazair ini  pencipta virus Trojan bernama SpyEye yang  dirancang untuk melumpuhkan sistem IT perbankan. Ia sukses melumpuhkan sebanyak 1,4 juta komputer di Amerika Serikat dan memeras uang  sektar 200 bank dan perusahaan terkemuka di Amerika Serikat untuk disumbangkan ke warga Palestina.

Ia pun memutuskan untuk bergabung dengan komunitas hacker baik yang ada di dalam negeri  maupun yang ada di  luar negeri dengan nama samaran  “kr2bgr”.

Pelajaran pertama yang diperoleh dari komunitas,  hacker tidak selalu jahat. Pelajaran kedua , sesuatu yang diprogramkan pasti ada anti programnya. Pelajaran ketiga, sesuatu menurut pikiran kita logis maka sesuatu tersebut dapat diprogramkan. Pelajaran keempat, bagaimanapun canggihnya suatu program tetap dapat diretas. Pelajaran kelima, hacker harus dapat berpikir secara out of the box. Pelajaran keenam tidak ada sistem yang sempurna dan pelajaran ketujuh seorang hacker sejati tidak pernah berhenti belajar.

——–

Tujuh hari  menjelang Hari Raya, Bank Indoneisa mendekteksi  terjadi suatu transaksi dalam jumlah sangat besar terutama dari bank-bank besar. Jumlahnya  bukan lagi dalam hitungan milyard tetapi trilyun. Transaksi itu berasal dari orang-orang kaya yang jumlahnya ratusan orang yang ditujukan kepada suatu yayasan yang bergerak dalam bidang sosial dan lembaga keagamaan yang jumlahnya ribuan.

Pada waktu yang bersamaan terjadi antrian panjang di berbagai daerah. Mereka  para ibu rumah tangga, buruh, tukang becak, pemulung dan pengangguran. Mereka sangat gembira menjelang hari raya dapat memperoleh beras gratis 2 kemasan seberat 5 kg tanpa perlu menunjukan kartu penduduk dan kartu keluarga. Siapapun yang membutuhkan dipersilahkan mengambilnya. Tumpukan beras menggunung di kedua lembaga tersebut.

“Terima kasih Bapak  ketua yayasan atas bantuan berasnya” kata salah satu orang yang mengambil beras dua kemasan.”

“Terima kasih Bapak  ustadz  atas bantuan berasnya” kata salah satu jema’ah yang mengambil beras satu kemasan.”

“Jangan berterima kepada saya, berterima kasih lah kepada yang mengirimkan uang sangat banyak untuk saya belikan beras.”

“Siapa itu Pak?”

“Nggak tahu, tapi jelas orang tersebut sangat dermawan, sangat baik hatinya.”

Bagi wartawan, pembagian beras secara gratis dengan uang dari para dermawan yang tidak mau disebutkan namanya dirasa janggal. Biasanya seperti yang sudah-sudah meski hanya membantu satu karung beras mereka pamer minta di foto yang besar dan diberitakan dalam halaman utama.

Secara serentak koran  mainstream memberitakan sebagai berita utama dengan beragam judul.

“Kita dukung para dermawan membagikan sebagian rezekinya kepada masyarakat miskin”

“ Terima bapak  dermawan.”

“ Sumbangan dari para dermawan patut dicurigai”

Investigasi dari wartawan menemukan bahwa para dermawan tersebut memperoleh kekayaannya secara tidak wajar.

———-

Seperti biasa ia ke perpustakaan, ingin mengetahui berita utama dari berbagai surat kabar mainstream. Ada tiga point utama yang terjadi secara bersamaan, pertama   antrian beras secara gratis sangat panjang, kedua  sumber biaya dari para dermawan dan ketiga  Bank Indonesia sedang mempelajari aliran dana tersebut yang dirasakan janggal.

———-

Kala itu ia dan Dewi sedang berada di kafe kebun yang berada di belakang kampus.

“Mas Juno sebentar lagi lulus, jadi sarjana komputer, terus mau bekerja dimana?”

“Nggak tahu, masih kepengin lama-lama jadi mahasiswa.”

“Kenapa? Makin cepat jadi sarjana kan semakin baik.”

“Masih pengin lama-lama lihat Dewi.”

“Mas Juno itu ada-ada saja.”

 “Kalau sudah lulus kan nggak jumpa Dewi lagi.”

 “Kita jumpa kan tidak hanya di perpustakaan.”

Kala ia menengok ke arah depan, ia  melihat  tiga  orang dengan pakaian rapi menuju tempat duduknya.

 “Mohon ma’af, apakah saya dengan Dik Juno.”

“Ya… betul. Saya Juno.”

“Kenalkan, kami dari Bank Indonesia. Saya Bima, Direktur Pengamanan Siber  dan yang dua orang ini staf saya, Budi dan Agus.”

Percakapan didahului dengan basa-basi. Konon katanya supaya percakapan selanjutnya menjadi lebih afdol.

“Dik Juno apakah berminat menjadi staf ahli di Bank Indonesia?” Kata Bapak  Bima.

“Terima kasih Bapak, saya masih kuliah.”

“Nggak apa-apa, nanti kerja sambil kuliah.”

“Dik Juno nanti gajinya setara dengan gaji direktur.” Katanya melanjutkan.

 “Bapak  terima kasih banyak atas tawarannya, saya memutuskan untuk konsentrasi menyelesaikan kuliahnya dulu. Nanti kalau sudah lulus, saya akan memberitahu Bapak .”

“Baik kalau demikian, semoga cepat lulus dan cepat bergabung dengan kami.”

Ia sudah mengetahui arah pembicaraan Bapak  Bima. Ia yakin Bapak  Bima sebagai Direktur Pengamanan Siber  pasti sudah mengetahui siapa dirinya, sehingga langsung memberikan suatu tawaran jabatan yang tinggi disertai dengan gaji yang menggiurkan.

 “Mas Juno, kenapa tidak diterima saja tawaran dari BI. Besar lho gajinya.” Kata Dewi.

“Ya… nanti kalau sudah lulus. Enam bulan lagi tidak terlalu lama.”

“Mas Juno kenapa ya… dari BI langsung menemui Mas Juno dan langsung menawarkan pekerjaan dengan suatu jabatan yang luar biasa, sebagai Staf Ahli Pengamanan Siber.”

“Ya…nggak tahu, Mas Juno sendiri heran. Mereka belum tahu kemampuan Mas Juno tapi sudah berani memutuskan.”

Saat wisuda, ia didampingi orangtuanya dan Dewi. Bapak  Bima duduk dibagian depan sebagai tamu kehormatan.

“………., terima kasih kepada Bapak  Direktur Pengamanan Siber  Bank Indonesia yang berkenan hadir dalam acara wisuda sarjana komputer dan sekaligus menjadikan salah satu lulusan kami, Arjuno dijadikan staf ahlinya.” Kata Bapak  Rektor dalam sambutannya.

Disaksikan Bapak  Rektor dan orangtuanya, Bapak  Bima langsung memberikan surat keputusan Gubernur Bank Indonesia sebagai Staf Ahli Pengamanan Siber. Para dosen yang hadir dalam acara wisuda saling berpandangan, mereka heran Juno yang kepandaiannya biasa-biasa saja dijadikan Staf Ahli Pengamanan Siber.

“Dewi, sebentar lagi kamu lulus, terus apa rencana kamu?”

“Mau melanjutkan ke Diploma Perpustakaan Mas?”

“Bagus. Mas Juno tunggu sampai kamu menyelesaikan diploma perpustakaan, setelah itu kita nikah, setuju?”

Dewi pun mengangguk.

Mereka bergandengan tangan menuju perpustakaan, tempat pertama kali bertemu untuk membuat berbagai foto kenangan.

————

TAMAT

————

Kebun Raya Residence Ciomas BOGOR 18 Februari 2024

Ditulis oleh:

Alumni 1973

BAMBANG WINARTO dilahirkan di Magelang pada tanggal 15 Juni 1954. Selesai mengikuti Pendidikan di SMA N Kendal 1973, ia melanjutka di Fahutan di IPB (1978). Karir di pemerintahan mulai berkembang setelah memperoleh gelar Magister Manjemen (MM). Karier tertinggi sebagai ASN sebagai Kepala Kanwil Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara (2000). Pernah sebagai penulis non fiksi tentang kehutanan. KAMUS KEHUTANAN merupakan karya fenomenalnya yang menjadi pegangan para rimbawan. Saat ini menekuni penulisan cerita pendek (cerpen) dan puisi. Cerpen – cerpen yang ditulisnya di unggah pada web CERPENMU dan selalu menjadi nominasi cerpen terbaik setiap bulannya.

Tinggalkan Komentar

LANGGANAN

BULETIN KAMI