
KAWIN KONTRAK
“Bagaimana Mas Gatot ? Maukan Mas? Tolonglah Aku.” Kata Siska dengan wajah memelas.
“Ya…, ya…..” Kataku dengan terpaksa.
“Terima kasih Mas Gatot, terima kasih.” Kata Siska dengan wajah berbinar dilanjutkan dengan ngesun pipiku.
Baru saja aku terpaksa memenuhi permintaannya yang tidak masuk akal. Tidak terpikir di otakku yang masih normal ada permintaan segila ini. Sebenarnya aku tidak mau. Tapi ya…., bagaimana……, aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk memenuhi segala permintaannya. Ini juga janji gila. Ketemu permintaan gila. Klop.
“Siska, engkau aku tangkap untuk engkau tinggalkan.” Aku berguman.
Siska memintaku untuk kawin kontrak dengannya. Kawin bohong – bohongan. Ibunya yang sering sakit-sakitan sejak ayahnya meninggal ingin segera menggendong cucu dari anak tunggalnya. Memang untuk ukuran orang kampung Siska sudah termasuk perawan tua. Usianya sudah 25 tahun. Teman sebayanya sudah pada kawin diusia 15 tahun.
“Mas Gatot, Ibu sakit keras. Permintaannya, aku harus datang bersama calon suami. Mas Gatot tahu kan kalau Mas Bagus sedang studi di Amrik. Setahun lagi Mas Bagus baru selesai studinya”
Aku heran, masa Siska tidak tahu kalau aku naksir berat dengannya. Apakah cinta harus selalu dikatakan? “Siska, aku cinta kamu.” Bukankah cinta lebih baik dengan perbuatan, bukan dengan kata-kata? Aku memang bukan tipe lelaki yang romantis. Kata-kata rayuan tidak biasa aku lakukan. Cintaku rupanya bertepuk sebelah tangan. Siska hanya menganggapku sebagai kakak. Tidak lebih. Kalau curhat, melepaskan uneg-unegnya, selalu kepadaku.
“Mas Gatot …., mau kan kalau Siska minta Mas Gatot sebagai kakakku?”
Aku mengangguk. Pikiranku pendek saat itu.
Untuk kawin kontrak ini, ternyata Siska sudah mempersiapkan dengan matang. Ada perjanjian di atas meterai. Aku tidak boleh menggaulinya. Hilanglah kesempatanku untuk menjadikan Siska sebagai istriku. Sangat menyedihkan.
“Lakukanlah Siska, lakukanlah sesuai dengan keinginanmu, selagi masih ada waktu. Selagi masih ada aku, jangan hiraukan diriku. Aku rela melakukannya demi untuk dirimu. S’moga tercapai s’gala keinginanmu.” Aku sengaja mengambil sebagian cukilan dari syair lagu Chriye untuk menumpahkan kegalauanku. Syair lagu yang sangat pas dengan keadaanku saat ini.
——————–
Aku dan Siska sudah lama berkenalan, bekerja pada kantor yang berbeda pada gedung yang sama. Aku bekerja di perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi, sementara Siska pada konsultan akuntasi. Aku tidak tahu kalau Siska sudah punya pacar. Belakangan aku baru tahu kalau Siska sudah pacaran dengan Bagus sejak dari mahasiswa, dari tingkat satu sampai lulus dari Fakultas Ekonomi. Tadinya aku berharap kalau sering bertemu dengannya, lama-lama ia akan jatuh cinta pula kepadaku. Apalagi Bagus studi di Amrik cukup lama. Witing tresno jalaran soko kulino, kata orang Jawa.
Kalau sedang makan siang bersama di kantin, ia cerita apa saja terutama hubungannya dengan Bagus. Pernah ia cerita yang membuatku kesal.
“ Mas Bagus itu, sebelum pulang dari apel malam Minggu selalu menciumku.”
“ Edan tenan. Kenapa hal seperti itu engkau ceritakan kepadaku.” Kata hatiku.
——————–
Ijab qobul dilakukan secara sederhana di Kantor Urusan Agama setempat.
“Sejak ijab qobul ini, maka Mbak Siska secara resmi sudah menjadi istrinya Mas Gatot . Mas Gatot mempunyai kewajiban menggauli Mbak Siska secara baik – baik, dan Mbak Siska mempunyai kewajiban untuk melayani Mas Gatot secara baik – baik pula. Mas Gatot dan Mbak Siska jelas ya…., kewajibannya masing masing.” Kata Bapak Penghulu.
Malamnya….
“Mas Gatot , ma’af ya…., kita tidak satu ranjang. Ingat ya…., perjanjian kita. Wejangan dari Pak Penghulu kita abaikan.” Kata Siska dengan tegas.
Malam pengantin, tidak seperti malam pengantin. Satu kamar, beda tempat tidur. Tidak ada hembusan nafas hangat. Tidak ada gempa lokal. Tidak ada bercak darah di sprai. Malam panjang yang menyakitkan diriku.
——————–
Kliiing…., terdengar suara dari HP ku.
“Mas Gatot, selamat ya…., penikahannya dengan mbak Siska. Semoga berbahagia.” Pesan singkat via WA dari Melati disertai gambar orang yang menitikkan air mata. Melati gadis satu kampung denganku, adik kelas saat di SMA. Gadis cantik, manja dan centil yang naksir sama aku. Kalau berjalan bersamaku selalu menggandengku dengan erat.
“Mas Gatot, tolong dong matematikanya. Melati tidak tahu nomor 7, 9 dan 11.” Katanya sambil menyerahkan buku PR.
Lain waktu, Mas Gatot , temani Melati ya…, beli buku pelajaran di toko buku.
Lain waktu, Mas Gatot , ngebakso yuuk……
Lain waktu, Mas Gatot , temani Melati ya…. nonton bioskop. Melati sangat suka nonton bioskop dengan tema percintaan. Sepertinya ada dua film yang cukup membekas di hatinya : “Ada Apa Dengan Cinta (AADC)” dan “Galih dan Ratna.” Saat mengantarkan pulang sebelum masuk halaman seperti biasa aku cium keningnya.
“Selamat tidur Melati, semoga mimpi yang indah.”
Tidak terduga, Melati mencium bibirku dengan mesra.
“Mas Gatot , nanti jadi Rangga ya…., Melati jadi Cinta.
“Mas Gatot , nanti jadi Galih ya…., Melati jadi Ratna.
Melati begitu gembira jika berjalan bersamaku. Menganggapku sebagai pacarnya. Sementara aku menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih. Setelah lulus, aku melanjutkan ke Jakarta sementara Melati ke Semarang. Hubungan tetap berlanjut, meski hanya melalui WA. Dari WA – WA yang dikirim Melati, aku mengetahui bahwa Melati sangat mencintaiku.
“Mas Gatot …., Melati tunggu sampai kapanpun.”
“Mas Gatot ….., orangtua Melati sudah kepengin punya cucu dari Melati, apa yang harus Melati jawab?”
“Mas Gatot …., hari raya nanti pulang ya…., Melati kangen sekali.”
Itu curhat dari Melati. Aku tidak tega kalau menjawab WA Melati.
——————–
Satu tahun sudah kawin kontrak aku jalani. Aku tidak tahu apakah aku bahagia atau tidak. Tapi memang kalau aku dekat dengan Siska hatiku selaku gembira. Jangan-jangan aku sakit jiwa? Siska begitu gembiranya kala Bagus akan segera pulang ke Indonesia dengan gelar yang mentereng, Doktor Ekonomi dari Amrik.
“Mas Gatot, Mas Bagus akan segera pulang, kita ke Kantor Urusan Agama, mengurus perceraian kita. Siska akan segera nikah dengan Mas Bagus.”
“Terima kasih Mas Gatot , terima kasih banyak atas pengorbanannya. Mas Gatot betul betul kakak yang sangat baik sekali.”
“Semoga engkau bahagia Siska. ”
“Oh….., Tuhan hapuskan rasa cintaku padanya ” Doaku dalam hati.
——————–
Kliiing…., terdengar suara dari HP ku.
“Melati sakit, saat ini berada di rumah sakit.” Dari teman Melati.
Bergegas aku pulang kampung. Bergegas pula aku ke rumah sakit dimana Melati di rawat. Melati terbaring lemah di tempat tidur. Tidur dengan mata setengah tertutup. Di sebelahnya duduk Cempaka teman Melati sekampung.
Aku genggam tangan mungilnya. Melati membuka matanya dengan pelan.
“Mas Gatot ….” Katanya pelan.
Aku cium keningnya. Wajahnya masih pucat. Melati menggengam tanganku dengan erat. Di dekapnya, ditempelkan pada dadanya. Air matanya mengalir. Menangis tanpa suara.
Dari Cempaka, aku mengetahui Melati mencoba bunuh diri karena dipaksa oleh orangtuanya menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya. Dari Cempaka pula, aku mengetahui bahwa Melati akan menungguku sampai kapanpun. Untuk beberapa saat aku diam. Kembali aku cium keningnya.
“Melati, ini Mas Gatot .” Bisikku.
Kembali Melati membuka matanya. Kali ini Melati sudah bisa tersenyum.
“Mas Gatot , Melati percaya Mas Gatot akan datang.”
“Melati rindu sekali sama Mas Gatot. Bagaimana kabarnya mbak Siska?”
“Melati ingin tahu kisah Mas Gatot ?”
Melati mengangguk dengan dengan lemah. Tangannya masih memegang tanganku dengan erat.
“Melati, perkawinan Mas Gatot dengan Siska tidak pernah terjadi. Perkawinan itu hanya perkawinan bohong- bohongan.”
“Melati nggak paham Mas?”
“Cerita singkatnya Ibu Siska sakit, minta Siska pulang bersama calon suaminya, untuk segera dinikahkan. Siska minta tolong Mas Gatot jadi suaminya sampai pacarnya, Bagus pulang dari Amerika. Sekarang Bagus sudah selesai studinya, Mas Gatot cerai dengan Siska dan diikuti Siska nikah sama Bagus. Mas Gatot akui pernah jatuh cinta dengannya, tapi Siska hanya menganggap Mas Gatot sebagai kakak.”
“Jadi selama ini Mas Gatot tidak nikah sungguhan?”
Aku mengangguk.
Melati perlahan bangun dari tempat tidur. Mendekapku dengan penuh mesra.
“Mas Gatot, dekap Melati.” Pintanya.
Cempaka memandang dengan penuh takjub. Melati yang dikira sakit keras ternyata obatnya sangat sederhana. Mas Gatot .
——————–
Tiga bulan kemudian dilakukan Ijab qobul secara sederhana di Kantor Urusan Agama setempat.
“Sejak ijab qobul ini, maka Mbak Melati secara resmi sudah menjadi istrinya Mas Gatot. Mas Gatot mempunyai kewajiban menggauli Mbak Melati secara baik baik, dan Mbak Melati mempunyai kewajiban untuk melayani Mas Gatot secara baik baik pula. Mas Gatot dan Mbak Melati, jelas ya…., kewajibannya masing masing.” Kata Bapak Penghulu.
Kata – kata yang sama dengan penghulu terdahulu, meski penghulunya berbeda.
Malamnya….
Malam pengantin benaran. Malam yang selalu dinanti dua insan yang memadu kasih. Melati mengenakan daster tipis, transparan. Melati cantik sekali. Bak bidadari turun dari langit.
“Mas Gatot, aku tidak ingin kawin bohon – bohongan. Peluk aku Mas Gatot …, peluk aku yang erat…..”
Ya…., malam itu malam yang penuh dengan keindahan. Malam pengantin untuk kedua kalinya. Malam pengantin pertama penuh dengan kebohongan, malam pengantin kedua penuh dengan keindahan. Hembusan nafas hangat berbaur. Gempa lokal yang hanya di dengar berdua. Bercak darah membasahi sprai. Malam yang terlalu pendek untuk memadu kasih.
Bulan dan bintang mencoba mengintip dari celah celah jendela. Dua cicak di dinding yang berkejaran berhenti sejenak, menengok dan dengan matanya yang besar menatap dengan penuhi keirian.
Krik… Krik… Krik…
wrebekk – wrebekk –wrebekk,
kung kong – kung kong – kung kong,
Huuuhk…, Huuuhk…, Huuuhk…,
Suara jangkerik, kodok, burung hantu dan binatang malam lainnya berdendang dengan riangnya.
Melati tertidur dalam dekapanku, dengan tersenyum….., penuh dengan kebahagiaan. Terima kasih Melati. Jika engkau mencintaiku dengan sepenuh hati, Aku pun bisa mencintaimu dengan sepenuh hati pula………
——————–
Bambang Winarto *)
Bogor 7 Oktober 2020
Kebun Raya Residence Blok F-23, Ciomas; BOGOR 16610
No. Anggota KMCO: 025/KMCO44/07/2020